Nama : Siti Mardianah
Npm : 16210600
Kelas : 4EA16
Contoh Perusahaan yang sudah menerapkan Etika dalam Berbisnis
Perubahan perdagangan dunia menuntut segera dibenahinya etika bisnis
agar tatanan ekonomi dunia semakin membaik. Di dalam bisnis tidak jarang
berlaku konsep tujuan menghalalkan segala cara. Bahkan tindakan yang
berbau kriminal pun ditempuh demi pencapaian suatu tujuan. Perkembangan
pesat teknologi setelah perang dunia kedua memacu dunia bisnis di negara
– negara kapitalis menjadi semakin dinamis, tetapi sayangnya kurang
disertai dengan pemikiran dan kesadaran moral para pelakunya, sehingga
menimbulkan skandal – skandal bisnis yang merugikan masyarakat, seperti
hancurnya enron dan Lehman Brothers. Oleh karena itu, sejak tahun 1970 –
an, etika dalam dunia bisnis menjadi semakin sering dibicarakan dan
dituntut realisasinya. Setiap perusahaan harus memastikan bahwa asas GCG
(Good Corporate Governance) diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di
semua jajaran perusahaan jika tidak ingin mengalami hal sama dengan
kasus Enron maupun Lehman Brothers. Menurut hasil penelitian SWA (2005),
PT Astra Internasional Tbk (AI) merupakan salah satu perusahaan publik
yang telah menerapkan tata kelola perusahaan. Astra Internasional
berhasil bertahan setelah menerapkan tata kelola perusahaan sejak tahun
1987 (21 tahun). Dengan pengalamannya selama kurang lebih 50 tahun dan
penerapan etika bisnis perusahaan selama 21 tahun, maka menjadi
pertimbangan yang menarik untuk lebih meneliti AI dilihat dari etika
bisnis yang telah diterapkan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan gambaran mengenai penerapan etika bisnis yang telah diterapkan
perusahaan agar kasus Enron maupun Lehman Brother tidak terjadi di PT
Astra Internasional, Tbk.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini
adalah (1) bagaimana karakteristik karayawan AI dan karyawan
Outsourcing ? (2) bagaimana penerapan etika bisnis AI terutama dari segi
prinsip – prinsip GCG, (3) bagaimana manajemen hubungan antar pegawai,
khususnya antara staff dan manajer AI serta karyawan outsourcing yang
bekerja di AI, serta (4) bagaimana pemahaman karyawan AI dan karyawan
outsourcing terhadap budaya perusahaan. Dari permasalahan yang
diungkapkan, maka tujuan dari penelitian ini adalah: (1) menganalisis
karakteristik karyawan AI dan outsourcing yang diharapkan dapat
memperkuat pemahaman responden terhadap etika bisnis (2) menelaah
penerapan etika bisnis AI terutama dari segi prinsip – prinsip GCG serta
etika dalam bekerja, (3) menganalisis manajemen hubungan antar pegawai
mengenai pemahaman terhadap nilai – nilai etika bisnis perusahaan,
khususnya antara staff dan manajer AI serta karyawan outsourcing yang
bekerja di AI, dan (4) menganalisis pemahaman karyawan terhadap budaya
perusahaan.
Penelitian dilaksanakan di PT Astra Internasional, Tbk (AI), pada bulan
Mei hingga Agustus 2008. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
dengan pendekatan studi kasus secara kualitatif dan kuantitatif. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder
yang diperoleh melalui individual in – depth interview, observasi,
penyebaran kuesioner, dan studi literatur. Metode pengambilan sampel
yang dilakukan adalah non-probability sampling menggunakan purposive
sampling untuk penentuan departemen dan karyawan outsourcing dan sensus
untuk penentuan responden karyawan AI. Jumlah sampel yang diambil dalam
penelitian ini adalah 45 orang, terdiri dari 31 karyawan AI dengan
posisi di bawah manajer, 3 karyawan AI dengan posisi manajer, dan 11
karyawan outsourcing. Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan
dengan analisis deskriptif, uji Thurstone, uji Indeks Skoring, uji
Rentang Kriteria, uji Mann Whitney, serta Uji Kruskal Wallis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sesuai dengan prinsip GCG, yaitu
accountability, independency, transparency and disclosure,
responsibility, serta fairness dan ditambah dengan honesty (kejujuran),
ternyata bagi manajer dan karyawan outsourcing, honesty merupakan faktor
yang paling diprioritaskan diantara prinsip – prinsip GCG lainnya.
Prioritas selanjutnya adalah independency, transparency and disclosure,
accountability, responsibility, dan terakhir adalah fairness. Tetapi
bagi staff AI, ternyata prinsip terpenting adalah independency,
dilanjutkan dengan responsibility lalu honesty. Penerapan etika dalam
bekerja menempatkan kejujuran sebagai faktor yang paling diprioritaskan
dan hampir semua responden mengatakan bahwa berpartisipasi dalam company
event merupakan salah satu kegiatan perusahaan yang tidak harus menjadi
prioritas utama, bahkan ditempatkan di pilihan terakhir dalam faktor
penilaian etika dalam melaksanakan pekerjaan. Umumnya baik karyawan AI
maupun karyawan outsourcing mengetahui bagaimana etika bisnis diterapkan
yaitu melalui observasi lingkungan bekerja, dilanjutkan dengan
mengetahui dari atasan. Untuk pemahaman terhadap nilai – nilai etika
bisnis yang diterapkan oleh perusahaan, masih terdapat perbedaan
pemahaman terutama dari faktor accountability, responsibility, serta
transparency and disclosure. Perbedaan pemahaman ini masih dianggap
wajar oleh perusahaan karena perbedaan tersebut lebih kepada perbedaan
pola pikir masing – masing tingkat jabatan. Dalam penerapan terhadap
nilai-nilai budaya perusahaan juga masih terdapat perbedaan pemahaman,
yaitu jika menghadapi persoalan dan perasaan boleh menyatakan secara
terbuka. Selanjutnya, nilai untuk melakukan sesuatu secara bekerjasama
(teamwork) merupakan nilai tertinggi atau nilai yang dianggap paling
penting oleh karyawan Astra Internasional, Tbk, sedangkan nilai terendah
yang dianggap oleh karyawan Astra Internasional, Tbk adalah apa yang
dipandang perlu oleh karyawan terkadang dipandang salah oleh manajer.
Untuk manajer AI, nilai terendah adalah “seia – sekata” antara atasan
dan bawahan dalam melakukan tindakan. Bagi karyawan outsourcing, nilai
budaya perusahaan yang kurang dinilai baik oleh perusahaan adalah
taktis, cerdik, dan sedikit curang adalah cara berpikir. Selanjutnya,
terdapat hubungan baik antara etika bisnis, etika bekerja, dan budaya
perusahaan.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
masih terdapat perbedaan pemahaman baik terhadap penerapan nilai – nilai
etika bisnis perusahaan maupun budaya perusahaan. Oleh karena itu,
walaupun masih dianggap wajar oleh perusahaan, tetapi hal ini harus
menjadi lampu kuning bagi perusahaan untuk terus memantau perbedaan
pemahaman baik terhadap penerapan nilai – nilai etika bisnis perusahaan
maupun budaya perusahaan. Pihak perusahaan bisa lebih mengkaji cara
training awal yang telah diterapkan karena salah satu cara penyampaian
nilai – nilai etika bisnis adalah melalui JTP (Job Training Program).
Cara yang dapat dilakukan perusahaan yaitu :
(1) mempersiapkan trainees
untuk lebih memahami mengenai filosofi etika bisnis dan usahakan agar
trainees mencari sendiri pemahaman etika tersebut,
(2) ciptakan
pemahaman pentingnya etika individual sehingga diharapkan trainees juga
dapat lebih memahami pentingnya penerapan etika bisnis,
(3) ambil
beberapa contoh penerapan etika bisnis yang realistik agar lebih mudah
dipahami oleh para trainees,
(4) latihan secara terus menerus.
Selain itu, untuk meminimalisasikan perbedaan pemahaman antara manajer
dan staff AI dapat dilakukan beberapa cara memelihara keharmonisan dan
keseimbangannya dalam hubungan kerja dan hubungan pribadi, membina
semangat kebersamaan pada seluruh anggota organisasi dengan pertemuan –
pertemuan informal di dalam internal organisasi, memberikan kesempatan
dan tanggapan positif terhadap ide, usul, atau saran yang diajukan
maupun permasalahan yang dihadapi pegawai yang terkait dengan pekerjaan.
Sumber : http://silviwahyuni.wordpress.com/2012/10/16/analisis-penerapan-etika-bisnis-di-pt-astra-internasional-tbk2008/
Selasa, 01 Oktober 2013
Tugas 1 Etika Bisnis
Nama : Siti Mardianah
Npm : 16210600
Kelas : 4EA16
Pengertian Etika Bisnis
Prinsip Etika dalam Berbisnis
-http://halfkill.wordpress.com/2012/11/26/prinsip-prinsip-etika-bisnis/
Npm : 16210600
Kelas : 4EA16
Pengertian Etika Bisnis
Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah
cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek
yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan juga
masyarakat.
Kesemuanya ini mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis secara
adil, sesuai dengan hukum yang berlaku, dan tidak tergantung pada
kedudukan individu ataupun perusahaan di masyarakat.
Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum,
bahkan merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal
ketentuan hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan
wilayah abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan hukum.
Von der Embse dan R.A. Wagley dalam artikelnya di Advance
Managemen Jouurnal (1988), memberikan tiga pendekatan dasar dalam
merumuskan tingkah laku etika bisnis, yaitu :
- Utilitarian Approach : setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya. Oleh karena itu, dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.
- Individual Rights Approach : setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki hak dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang lain.
- Justice Approach : para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara perseorangan ataupun secara kelompok.
Indikator Etika Bisnis
1. Indikator Etika Bisnis menurut
ekonomi adalah apabila perusahaan atau pebisnis telah melakukan
pengelolaan sumber daya bisnis dan sumber daya alam secara efisien tanpa
merugikan masyarakat lain.
2. Indikator Etika Bisnis menurut
peraturan khusus yang berlaku. Berdasarkan indikator ini seseorang
pelaku bisnis dikatakan beretika dalam bisnisnya apabila masing-masing
pelaku bisnis mematuhi aturan-aturan khusus yang telah disepakati
sebelumnya.
3. Indikator Etika Bisnis menurut
hukum. Berdasarkan indikator hukum seseorang atau suatu perusahaan
dikatakan telah melaksanakan etika bisnis apabila seseorang pelaku
bisnis atau suatu perusahaan telah mematuhi segala norma hukum yang
berlaku dalam menjalankan kegiatan bisnisnya.
4. Indikator Etika Bisnis berdasarkan
ajaran agama. Pelaku bisnis dianggap beretika bilamana dalam
pelaksanaan bisnisnya senantiasa merujuk kepada nilai-nilai ajaran agama
yang dianutnya.
5. Indikator Etika Bisnis berdasarkan
nilai budaya. Setiap pelaku bisnis baik secara individu maupun
kelembagaan telah menyelenggarakan bisnisnya dengan mengakomodasi
nilai-nilai budaya dan adat istiadat yang ada disekitar operasi suatu
perusahaan, daerah dan suatu bangsa.
6. Indikator Etika Bisnis menurut
masing-masing individu adalah apabila masing-masing pelaku bisnis
bertindak jujur dan tidak mengorbankan integritas pribadinya.
1. Prinsip Otonomi
Orang bisnis yang otonom sadar sepenuhnya akan apa yang
menjadikewajibannya dalam dunia bisnis. la akan sadar dengan tidak
begitu sajamengikuti saja norma dan nilai moral yang ada, namun juga
melakukansesuatu karena tahu dan sadar bahwa hal itu baik, karena
semuanya sudah dipikirkan dan dipertimbangkan secara masak-masak. Dalam
kaitan ini salah satu contohnya perusahaan memiliki kewajiban terhadap
para pelanggan, diantaranya adalah:
(1) Memberikan produk dan jasa dengan kualitas yang terbaik dan sesuaidengan tuntutan mereka;
(2) Memperlakukan pelanggan secara adil dalam semua
transaksi, termasuk pelayanan yang tinggi dan memperbaiki ketidakpuasan
mereka;
(3) Membuat setiap usaha menjamin mengenai kesehatan dan
keselamatanpelanggan, demikian juga kualitas Iingkungan mereka, akan
dijagakelangsungannyadan ditingkatkan terhadap
produk dan jasaperusahaan;
(4) Perusahaan harus menghormati martabat manusia dalam menawarkan,memasarkan dan mengiklankan produk.
Untuk bertindak otonom, diandaikan ada kebebasan untuk mengambil
keputusan dan bertindak berdasarkan keputusan yang menurutnya
terbaik. karena kebebasan adalah unsur hakiki dari prinsip otonomi ini.
Dalam etika, kebebasan adalah prasyarat utama untuk bertindak secara
etis, walaupun kebebasan belum menjamin bahwa seseorang bertindak secara
otonom dan etis. Unsur lainnya dari prinsip otonomi adalah
tanggungjawab, karena selain sadar akan kewajibannya dan bebas dalam
mengambil keputusan dan tindakan berdasarkan apa yang dianggap baik,
otonom juga harus bisa mempertanggungjawabkan keputusan dan tindakannya
(di sinilah dimung-kinkan adanya pertimbangan moral). Kesediaan
bertanggungjawab merupakan ciri khas dari makhluk bermoral, dan
tanggungjawab disini adalah tanggung jawab pada diri kita sendiri dan
juga tentunya pada stakeholder.
2. Prinsip Kejujuran
Bisnis tidak akan bertahan lama jika tidak ada kejujuran, karena
kejujuran merupakan modal utama untuk memperoleh kepercayaan dari mitra
bisnis-nya, baik berupa kepercayaan komersial, material, maupun moril.
Kejujuran menuntut adanya keterbukaan dan kebenaran. Terdapat tiga
lingkup kegiatan bisnis yang berkaitan dengan kejujuran:
1. Kejujuran relevan dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dankontrak. Pelaku bisnis disini secara a priori saling
percaya satu samalain, bahwa masing-masing pihak jujur melaksanakan
janjinya. Karenajika salah satu pihak melanggar, maka tidak mungkin lagi
pihak yangdicuranginya mau bekerjasama lagi, dan pihak pengusaha
lainnya akan tahu dan tentunya malas berbisnis dengan pihak yang
bertindak curangtersebut.
2. Kejujuran relevan dengan penawaran barang dan jasa dengan
mutu dan harga yang baik. Kepercayaan konsumen adalah prinsip pokok
dalam berbisnis. Karena jika ada konsumen yang merasa tertipu, tentunya
hal tersebut akan rnenyebar yang menyebabkan konsumen tersebut
beralih ke produk lain.
3. Kejujuran relevan dalam hubungan kerja intern dalam suatu
perusahaan yaitu antara pemberi kerja dan pekerja, dan
berkait dengan kepercayaan. Perusahaan akan hancur jika kejujuran
karyawan ataupunatasannya tidak terjaga.
3. Prinsip Keadilan
Prinsip ini menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama
sesuai dengan aturan yang adil dan kriteria yang rasional objektif dan
dapatdipertanggungjawabkan. Keadilan berarti tidak ada pihak yang
dirugikan hakdan kepentingannya. Salah satu teori mengenai keadilan yang
dikemukakan oleh Aristoteles adalah:
1. Keadilan legal. Ini menyangkut hubungan antara individu
atau kelompok masyarakat dengan negara. Semua pihak dijamin
untuk mendapat perlakuan yangsama sesuai dengan hukum yang berlaku.
Secara khusus dalam bidang bisnis, keadilan legal menuntut agar Negara
bersikap netral dalam memperlakukan semua pelaku ekonomi, negara
menjamin kegiatan bisnis yang sehat dan baik dengan mengeluarkan aturan
dan hukum bisnis yang berlaku secara sama bagi semua pelaku bisnis.
2. Keadilan komunitatif. Keadilan ini mengatur hubungan yang
adil antaraorang yang satu dan yang lain. Keadilan ini menyangkut
hubunganvertikal antara negara dan warga negara, dan hubungan horizontal
antarwarga negara. Dalam bisnis keadilan ini berlaku sebagai kejadian
tukar, yaitu menyangkut pertukaran yang fair antara pihak-pihak yang
terlibat.
3. Keadilan distributif. Atau disebut juga keadilan ekonomi,
yaitu distribusi ekonomi yang merata atau dianggap adil bagi semua
warga negara. Dalam dunia bisnis keadilan ini berkaitan dengan
prinsip perlakuan yang sama sesuai dengan aturan dan
ketentuan dalam perusahaan yang juga adil dan baik.
4. Prinsip Saling Menguntungkan
Prinsip ini menuntut agar semua pihak berusaha untuk saling
menguntungkan satu sama lain. Dalam dunia bisnis, prinsip ini menuntut
persaingan bisnis haruslah bisa melahirkan suatu win-win situation.
5. Prinsip Integritas Moral
Prinsip ini menyarankan dalam berbisnis selayaknya dijalankan dengan tetap menjaga nama baiknya dan nama baik perusahaan.
Dari kelima prinsip yang tentulah dipaparkan di atas, menurut Adam
Smith, prinsip keadilanlah yang merupakan prinsip yang paling
pentingdalam berbisnis. Prinsip ini menjadi dasardan jiwa dari semua
aturan bisnis, walaupun prinsip lainnya juga tidak akan terabaikan.
Karena menurut AdamSmith, dalam prinsip keadilan khususnya keadilan
komutatif berupa noharm, bahwa sampai tingkat tertentu,
prinsip ini telah mengandung semuaprinsip etika bisnis lainnya. Karena
orang yang jujur tidak akan merugikanorang lain, orang yang mau saling
menguntungkan dengan pibak Iain, danbertanggungjawab untuk tidak
merugikan orang lain tanpa alasan yangditerima dan masuk akal.
Uraian Etika Bisnis
Etika bisnis dalam perusahaan memiliki peran yang sangat penting,
yaitu untuk membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya
saing yang tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai
(value-creation) yang tinggi, diperlukan suatu landasan yang kokoh.
Biasanya dimulai dari perencanaan strategis , organisasi yang
baik, sistem prosedur yang transparan didukung oleh budaya perusahaan
yang andal serta etika perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten
dan konsekuen.
Haruslah diyakini bahwa pada dasarnya praktek etika bisnis akan
selalu menguntungkan perusahaan baik untuk jangka menengah maupun
jangka panjang, karena :
- Mampu mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya friksi, baik intern perusahaan maupun dengan eksternal.
- Mampu meningkatkan motivasi pekerja.
- Melindungi prinsip kebebasan berniaga
- Mampu meningkatkan keunggulan bersaing.
Tidak bisa dipungkiri, tindakan yang tidak etis yang dilakukan
oleh perusahaan akan memancing tindakan balasan dari konsumen dan
masyarakat dan akan sangat kontra produktif, misalnya melalui gerakan
pemboikotan, larangan beredar, larangan beroperasi dan lain sebagainya.
Hal ini akan dapat menurunkan nilai penjualan maupun nilai perusahaan.
Sedangkan perusahaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika
bisnis, pada umumnya termasuk perusahaan yang memiliki peringkat
kepuasan bekerja yang tinggi pula, terutama apabila perusahaan tidak
mentolerir tindakan yang tidak etis, misalnya diskriminasi dalam sistem
remunerasi atau jenjang karier.
Perlu dipahami, karyawan yang berkualitas adalah aset yang paling
berharga bagi perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus semaksimal
mungkin harus mempertahankan karyawannya.
Untuk memudahkan penerapan etika perusahaan dalam kegiatan
sehari-hari maka nilai-nilai yang terkandung dalam etika bisnis harus
dituangkan kedalam manajemen korporasi yakni dengan cara :
- Menuangkan etika bisnis dalam suatu kode etik (code of conduct)
- Memperkuat sistem pengawasan
- Menyelenggarakan pelatihan (training) untuk karyawan secara terus menerus.
Sumber :
-http://rosicute.wordpress.com/2010/11/23/pengertian-etika-bisnis/
-http://d3d3v1a.wordpress.com/2012/10/28/tugas-1-softskill-etika-bisnis-pengertian-bisnis-etika-bisnis-dan-indikator-etika-bisnis/-http://halfkill.wordpress.com/2012/11/26/prinsip-prinsip-etika-bisnis/
Langganan:
Postingan (Atom)