Selasa, 01 Oktober 2013

Tugas 2 Etika Bisnis

Nama   : Siti Mardianah
Npm    : 16210600
Kelas   : 4EA16


Contoh Perusahaan yang sudah menerapkan Etika dalam Berbisnis

Perubahan perdagangan dunia menuntut segera dibenahinya etika bisnis agar tatanan ekonomi dunia semakin membaik. Di dalam bisnis tidak jarang berlaku konsep tujuan menghalalkan segala cara. Bahkan tindakan yang berbau kriminal pun ditempuh demi pencapaian suatu tujuan. Perkembangan pesat teknologi setelah perang dunia kedua memacu dunia bisnis di negara – negara kapitalis menjadi semakin dinamis, tetapi sayangnya kurang disertai dengan pemikiran dan kesadaran moral para pelakunya, sehingga menimbulkan skandal – skandal bisnis yang merugikan masyarakat, seperti hancurnya enron dan Lehman Brothers. Oleh karena itu, sejak tahun 1970 – an, etika dalam dunia bisnis menjadi semakin sering dibicarakan dan dituntut realisasinya. Setiap perusahaan harus memastikan bahwa asas GCG (Good Corporate Governance) diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di semua jajaran perusahaan jika tidak ingin mengalami hal sama dengan kasus Enron maupun Lehman Brothers. Menurut hasil penelitian SWA (2005), PT Astra Internasional Tbk (AI) merupakan salah satu perusahaan publik yang telah menerapkan tata kelola perusahaan. Astra Internasional berhasil bertahan setelah menerapkan tata kelola perusahaan sejak tahun 1987 (21 tahun). Dengan pengalamannya selama kurang lebih 50 tahun dan penerapan etika bisnis perusahaan selama 21 tahun, maka menjadi pertimbangan yang menarik untuk lebih meneliti AI dilihat dari etika bisnis yang telah diterapkan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan gambaran mengenai penerapan etika bisnis yang telah diterapkan perusahaan agar kasus Enron maupun Lehman Brother tidak terjadi di PT Astra Internasional, Tbk.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini adalah (1) bagaimana karakteristik karayawan AI dan karyawan Outsourcing ? (2) bagaimana penerapan etika bisnis AI terutama dari segi prinsip – prinsip GCG, (3) bagaimana manajemen hubungan antar pegawai, khususnya antara staff dan manajer AI serta karyawan outsourcing yang bekerja di AI, serta (4) bagaimana pemahaman karyawan AI dan karyawan outsourcing terhadap budaya perusahaan. Dari permasalahan yang diungkapkan, maka tujuan dari penelitian ini adalah: (1) menganalisis karakteristik karyawan AI dan outsourcing yang diharapkan dapat memperkuat pemahaman responden terhadap etika bisnis (2) menelaah penerapan etika bisnis AI terutama dari segi prinsip – prinsip GCG serta etika dalam bekerja, (3) menganalisis manajemen hubungan antar pegawai mengenai pemahaman terhadap nilai – nilai etika bisnis perusahaan, khususnya antara staff dan manajer AI serta karyawan outsourcing yang bekerja di AI, dan (4) menganalisis pemahaman karyawan terhadap budaya perusahaan.

Penelitian dilaksanakan di PT Astra Internasional, Tbk (AI), pada bulan Mei hingga Agustus 2008. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus secara kualitatif dan kuantitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang diperoleh melalui individual in – depth interview, observasi, penyebaran kuesioner, dan studi literatur. Metode pengambilan sampel yang dilakukan adalah non-probability sampling menggunakan purposive sampling untuk penentuan departemen dan karyawan outsourcing dan sensus untuk penentuan responden karyawan AI. Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 45 orang, terdiri dari 31 karyawan AI dengan posisi di bawah manajer, 3 karyawan AI dengan posisi manajer, dan 11 karyawan outsourcing. Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif, uji Thurstone, uji Indeks Skoring, uji Rentang Kriteria, uji Mann Whitney, serta Uji Kruskal Wallis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sesuai dengan prinsip GCG, yaitu accountability, independency, transparency and disclosure, responsibility, serta fairness dan ditambah dengan honesty (kejujuran), ternyata bagi manajer dan karyawan outsourcing, honesty merupakan faktor yang paling diprioritaskan diantara prinsip – prinsip GCG lainnya. Prioritas selanjutnya adalah independency, transparency and disclosure, accountability, responsibility, dan terakhir adalah fairness. Tetapi bagi staff AI, ternyata prinsip terpenting adalah independency, dilanjutkan dengan responsibility lalu honesty. Penerapan etika dalam bekerja menempatkan kejujuran sebagai faktor yang paling diprioritaskan dan hampir semua responden mengatakan bahwa berpartisipasi dalam company event merupakan salah satu kegiatan perusahaan yang tidak harus menjadi prioritas utama, bahkan ditempatkan di pilihan terakhir dalam faktor penilaian etika dalam melaksanakan pekerjaan. Umumnya baik karyawan AI maupun karyawan outsourcing mengetahui bagaimana etika bisnis diterapkan yaitu melalui observasi lingkungan bekerja, dilanjutkan dengan mengetahui dari atasan. Untuk pemahaman terhadap nilai – nilai etika bisnis yang diterapkan oleh perusahaan, masih terdapat perbedaan pemahaman terutama dari faktor accountability, responsibility, serta transparency and disclosure. Perbedaan pemahaman ini masih dianggap wajar oleh perusahaan karena perbedaan tersebut lebih kepada perbedaan pola pikir masing – masing tingkat jabatan. Dalam penerapan terhadap nilai-nilai budaya perusahaan juga masih terdapat perbedaan pemahaman, yaitu jika menghadapi persoalan dan perasaan boleh menyatakan secara terbuka. Selanjutnya, nilai untuk melakukan sesuatu secara bekerjasama (teamwork) merupakan nilai tertinggi atau nilai yang dianggap paling penting oleh karyawan Astra Internasional, Tbk, sedangkan nilai terendah yang dianggap oleh karyawan Astra Internasional, Tbk adalah apa yang dipandang perlu oleh karyawan terkadang dipandang salah oleh manajer. Untuk manajer AI, nilai terendah adalah “seia – sekata” antara atasan dan bawahan dalam melakukan tindakan. Bagi karyawan outsourcing, nilai budaya perusahaan yang kurang dinilai baik oleh perusahaan adalah taktis, cerdik, dan sedikit curang adalah cara berpikir. Selanjutnya, terdapat hubungan baik antara etika bisnis, etika bekerja, dan budaya perusahaan.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa masih terdapat perbedaan pemahaman baik terhadap penerapan nilai – nilai etika bisnis perusahaan maupun budaya perusahaan. Oleh karena itu, walaupun masih dianggap wajar oleh perusahaan, tetapi hal ini harus menjadi lampu kuning bagi perusahaan untuk terus memantau perbedaan pemahaman baik terhadap penerapan nilai – nilai etika bisnis perusahaan maupun budaya perusahaan. Pihak perusahaan bisa lebih mengkaji cara training awal yang telah diterapkan karena salah satu cara penyampaian nilai – nilai etika bisnis adalah melalui JTP (Job Training Program).

Cara yang dapat dilakukan perusahaan yaitu :
(1) mempersiapkan trainees untuk lebih memahami mengenai filosofi etika bisnis dan usahakan agar trainees mencari sendiri pemahaman etika tersebut,
(2) ciptakan pemahaman pentingnya etika individual sehingga diharapkan trainees juga dapat lebih memahami pentingnya penerapan etika bisnis,
(3) ambil beberapa contoh penerapan etika bisnis yang realistik agar lebih mudah dipahami oleh para trainees,
(4) latihan secara terus menerus. Selain itu, untuk meminimalisasikan perbedaan pemahaman antara manajer dan staff AI dapat dilakukan beberapa cara memelihara keharmonisan dan keseimbangannya dalam hubungan kerja dan hubungan pribadi, membina semangat kebersamaan pada seluruh anggota organisasi dengan pertemuan – pertemuan informal di dalam internal organisasi, memberikan kesempatan dan tanggapan positif terhadap ide, usul, atau saran yang diajukan maupun permasalahan yang dihadapi pegawai yang terkait dengan pekerjaan.  


Sumber : http://silviwahyuni.wordpress.com/2012/10/16/analisis-penerapan-etika-bisnis-di-pt-astra-internasional-tbk2008/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar